Rabu, 25 November 2015

Perbandingan Pendidikan Australia dan Indonesia



PERBANDINGAN PENDIDIKAN

AUSTRALIA DAN INDONESIA

Novia Nur Fadhila


A.  Pendahuluan
1.    Potret Negara Australia[1]
Australia adalah satu-satunya benua di dunia yang hanya terdiri dari satu buah negara, yang juga disebut dengan Australia. Meski demikian, Australia memiliki enam negara bagian serta dua wilayah daratan (territori) yang mulai dikonstitusikan pada tanggal 1 Januari 1901. Keenam negara bagian tersebut antara lain adalah New South Wales (Ibukota: Sydney), Victoria (Ibukota: Melbourne), Queensland (Ibukota: Brisbane), Australia Selatan (Ibukota: Adelaide), Australia Barat (Ibukota: Perth), dan Tasmania (Ibukota: Hobart). Sedangkan kedua territornya adalah Northern Territory dan Australian Capital Territory. Ibukota negara Australia sendiri adalah Canberra.
Australia adalah masyarakat yang
stabil, berkebudayaan majemuk dan demokratis disertai dengan angkatan kerja yang terampil dan ekonomi yang kuat dan berdaya saing. Dengan penduduk lebih dari 21 juta, Australia adalah satu-satunya bangsa yang memerintah seluruh benua dan negara dengan wilayah daratan terluas ke-enam di dunia. Masyarakat multikultural Australia mencakup penduduk Asli dan pendatang dari sekitar 200 negara.
Australia adalah salah satu massa daratan tertua di dunia dan telah berpenghuni manusia sekitar 60.000 tahun. Sebelum kehadiran pendatang Eropa, penduduk Aborijin dan Penduduk Kepulauan Selat Torres mendiami sebagian besar wilayah benua. Sejarah kontemporer Australia secara relatif singkat, dengan pemukiman Eropa pertama didirikan oleh Inggris Raya pada 26 Januari 1788.
Australia memiliki 10 persen keanekaragaman hayati dunia dan sejumlah besar tanaman, hewan dan burung asli tidak ada di lain tempat di dunia. Australia bertekad melestarikan warisan alam dan lingkungan hidupnya yang unik dan memiliki sejumlah prosedur perlindungan, termasuk pencatatan dalam Warisan Dunia dan banyak taman nasional dan perlindungan kehidupan liar.
Australia adalah salah satu ekonomi yang paling berdaya tahan, berpertumbuhan tinggi di dunia. Australia memiliki sektor pemerintah yang efisien, pasar buruh yang luwes dan sektor bisnis yang berdayasaing tinggi. Dengan sumber daya alam yang melimpah, Australia memiliki standar hidup yang tinggi sejak abad ke 19. Australia telah melakukan investasi besar dalam infrastruktur sosial, termasuk pendidikan, pelatihan, kesehatan dan transportasi.
Angkatan kerja Australia yang berjumlah sekitar 10 juta sangat terlatih. Banyak manajer senior dan staf teknik memiliki pengalaman internasional, sementara hampir setengah angkatan kerja Australia memiliki kualifikasi universitas, kejuruan atau diploma.
Dalam ekonomi global, keterampilan bahasa merupakan kemampuan penting bagi angkatan kerja. Walaupun Australia adalah negara berpenutur bahasa Inggris, lebih dari 5 juta penduduknya berbicara bahasa kedua. Australia menawarkan pengenalan budaya bisnis Barat dengan angkatan kerja yang mampu beroperasi dalam kedua lingkungan bisnis Asia dan Barat, karena Australia memiliki sejumlah besar ketrampilan bahasa Asia di kawasan.
Keterampilan bahasa dan kemampuan-kemampuan lain yang menarik perusahaan asing sebagian merupakan hasil dari masyarakat Australia yang majemuk secara budaya. Para migran memiliki pengaruh yang nyata pada semua aspek masyarakat Australia. Selama lebih dari 60 tahun migrasi terencana pasca-perang, Australia telah menerima lebih dari 6,5 juta migran dari lebih 200 negara, termasuk lebih dari 660.000 pengungsi. Penduduk Australia telah meningkat dari sekitar tujuh juta menjadi lebih dari 21 juta.
Sistem pendidikan Australia berstandar tertinggi dan menikmati pengakuan internasional. Sekolah adalah wajib di seluruh Australia, yang memberikan sumbangsih pada tingkat melek huruf 99 persen. Sekolah-sekolah kami mengembangkan keterampilan dan kepercayaan diri para pelajar; lulusan universitas Australia unggul pada penelitian dan inovasi terdepan; serta pendidikan kejuruan dan teknik memajukan sektor industri yang sedang berkembang pesat. [2]
Australia juga salah satu penyelenggara pendidikan dan pelatihan terdepan di dunia bagi pelajar internasional, termasuk pelatihan bahasa Inggris. Lebih dari 400,000 pelajar dari sekitar 200 negara menerima pendidikan Australia setiap tahun. Kursus ditawarkan baik di Australia maupun di luar negeri.
Sistem pendidikan dan pelatihan Australia tunduk pada pengkajian ulang dan kendali berkelanjutan dari pemerintah, industri dan badan-badan profesional untuk mempertahankan dan meningkatkan standarnya yang sudah tinggi. Jaminan mutu di pendidikan tinggi Australia berdasarkan pada kemitraan kukuh antara sektor pendidikan tinggi dan Pemeritah Australia, pemeritah negara bagian dan teritori. Kemitraan ini menjamin standar yang konsisten secara nasional dalam pemberian persetujuan dan akreditasi, pengawasan luar dan audit mutu independen.[3]
Demikianlah gambaran singkat negara Australia dengan segala kelebihan dan kekurangan yang dimiliki dari berbagai aspek termasuk pendidikan. Selanjutnya penulis akan membahas tentang perbedaan pendidikan di Australia dengan di Indonesia.


B.  SistemPendidikan di Australia dan Indonesia
1.    Tujuan Pendidikan
Tujuan umum berbagai sektor pendidikan Australia digariskan dalam undang-undang yang mengisyaratkan perlunya pengembangan antara pelayanan kebutuhan individu dan kebutuhan masyarakat melalui sistem pendidikan. Pada level sekolah, tekanan adalah pada pengembangan potensi murid sebaik mungkin.[4]
Pada tingkat pendidikan tinggi, tekanan yang lebih besar diarahkan pada  pencapaian kebutuhan pendidikan untuk kepentingan ekonomi serta masyarakat secara umum. Untuk mencapai tujuan umum ini, berbagai sektor pendidikan  tinggi  harus  mempunyai fokus program yang berbeda-beda. Misalnya, universitas lebih mengutamakan pengembangan ilmu pengetahuan, sedangkan sektor pendidikan teknik dan pendidikan lanjutan lainnya lebih memusatkan perhatian pada pendidikan kejuruan.[5] Sedangkan tujuan nasional pendidikan Indonesia adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.[6]

2.    Program Wajib Belajar
Di Australia program wajib belajar diikuti oleh anak usia 6 tahun 6 bulan–17 tahun 6 bulan (7-18 tahun), yakni program wajib belajar 12 tahun[7]. Di Indonesia awalnya hanya program wajib belajar 9 tahun (SD-SMP), namun sekarang sudah menjadi program wajib belajar 12 tahun (SD, SMP, SMA).

3.    Jenjang Pendidikan
Pembagian jenjang pendidikan di Autralia terbagi menjadi tiga, yaitu Pendidikan Sekolah Dasar, Pendidikan Sekolah Menengah, dan Pendidikan Tinggi. Secara umum Pendidikan Sekolah Dasar di Australia terdiri dari Pendidikan Pra Sekolah (Taman Kanak-kanak) rentang usia 4-6 tahun dan Pendidikan Sekolah Dasar yaitu kelas 1-6 atau kelas 1-7 tergantung pada kebijakan wilayah teritorial masing-masing. Sehingga Pendidikan Dasar meliputi Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama.[8]
Pendidikan sekolah menengah ditepuh dari kelas 6 atau 7 sampai kelas 10. Kemudian Pendidikan sekolah menengah atas mencakup kelas 11 dan 12.  Pendidikan sekolah menengah atas di Australia menawarkan beberapa jenis program namun hasil-hasil pembelajarannya sama yaitu menyiapkan para siswa untuk studi, pekerjaan dan kehidupan dewasa di masa depan.[9]
Setelah sekolah menengah, jalur pelatihan biasanya berkembang menjadi pendidikan tinggi (Universitas) dan pendidikan dan pelatihan kejuruan (VET). Program sertifikat di VET dapat berlanjut ke jenjang yang lebih tinggi seperti Diploma, Advanced Diploma (Diploma Lanjutan), dan Bachelor Degree (Gelar S1). Program level Diploma, Associate dan Bachelor Degree (Gelar S1) di Universitas (atau VET) dapat berlanjut ke jenjang yang lebih tinggi seperti Graduate Certificate (Sertifikat Pascasarjana), Graduate Diploma (Diploma Pascasarjana), Masters (Magister) dan Doctoral (Doktor).[10]
Tidak jauh berbeda dengan Indonesia, Indonesia juga memiliki program pendidikan pra sekolah, yaitu Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). PAUD pada jalur formal berbentuk Taman Kanak-kanak (TK) dan Raudhatul Athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat. Di Indonesia Pendidikan Dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI), atau bentuk lain yang sederajat, dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat.[11]
Pendidikan Menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA) atau Madrasah Aliyah (MA) atau Sekolah  Menengah Kejuruan (SMK) atau Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) atau bentuk lain yang sederajat. Kemudian Pendidikan Tinggi mencakup program diploma (D2/D3/D4), sarjana (S1), magister (S2), spesialis, dan doktor (S3), yang dapat berbentuk akademik, politeknik, sekolah tinggi, institut, atau universitas.[12]

4.    Kurikulum
Tahun akademik di Australia dimulai pada akhir bulan Januari dan berakhir pada pertengahan bulan Desember. Tahun akademik dibagi ke dalam empat term di mana setiap term yang lamanya kurang lebih 10 minggu. Pada akhir setiap term, para murid mendapatkan dua minggu liburan, namun pada akhir tahun semua murid mendapatkan liburan selama kurang lebih enam minggu.[13] Sedangkan di Indonesia tahun akademik dimulai pada pertengahan bulan Juli dan berakhir pada akhir bulan Juni. Tahun akademik dibagi menjadi dua semester yaitu semester ganjil dan genap atau semester 1 dan 2.[14]
Terdapat 8 Bidang Pembelajaran yang penting yang merupakan fokus pengajaran di semua sekolah Australia. Bidang-bidang tersebut memberikan kepada para pelajar suatu pendidikan yang utuh dan keterampilan bermasyarakat (sosialisasi). Bidang-bidang ini didukung dan ditopang oleh semua level Pemerintah Australia. Semua sekolah yang menerima pelajar Internasional akan mengajar sesuai dengan 8 Bidang Pembelajaran yang Penting itu, seperti[15]:
1)   Seni
2)   Bahasa Inggris
3)   Pendidikan Kesehatan dan Jasmani
4)   Bahasa selain Bahasa Inggris
5)   Matematika
6)   Ilmu Pengetahuan
7)   Kajian Penduduk dan Lingkungan
8)   Teknologi
Selain dari 8 Bidang Pembelajaran yang Penting tersebut, para pelajar dapat memilih dari sederetan luas mata pelajaran pilihan, yang memastikan keanekaragaman di pendidikan sekolah Australia. Contoh-contoh termasuk memakai komputer, perniagaan, undang-undang (hukum), pertanian, psikologi, drama, desain grafis,penerbangan dan masih banyak lagi.[16]
Di Indonesia kelompok bidang pembelajaran yang penting bahkan masuk dalam kategori wajib adalah[17]:
1)   Pendidikan agama dan budi pekerti
2)   Pendidikan pancasila dan kewarganegaraan
3)   Bahasa indonesia
4)   Matematika
5)   Ilmu pengetahuan alam
6)   Ilmu pengetahuan sosial
7)   Seni budaya dan prakarya
8)   Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan.

Perbedaan yang sangat mencolok terletak pada bidang agama dan budi pekerti, Indonesia mengkhususkan bidang tersebut dalam salah satu kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh peserta didik. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia masih menjunjung tinggi nilai pendidikan agama dan budi pekerti.

5.    Pendidikan Agama Islam
Sebagaimana yang telah diuraikan dari pembahasan sebelumnya, tentang bidang pembelajaran di Australia, tidak ada bidang pembelajaran agama di sekolah umum, termasuk bidang pembelajaran agama Islam. Namun di Australia tidak anti terhadap pembelajaran agama. Sekolah-sekolah yang berbasis agama seperti Sekolah Katolik dan Sekolah Islam, di dalamnya memuat materi pembelajaran agama sesuai dengan basic sekolah tersebut.
Sangat berbeda dengan di Indonesia. Pendidikan agama Islam ada di seluruh sekolah negeri bahkan sampai tingkat perguruan tinggi negeri. Bahkan di Indonesia, dibawah naungan Kementerian Agama, berdiri sekolah-sekolah Islam negeri, mulai dari tingkat Sekolah Dasar sampai dengan Perguruan Tinggi, yaitu Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) setara dengan Sekolah Dasar (SD), Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) setara dengan Sekolah Menengah Pertama (SMP), Madrasah Aliyah Negeri (MAN) setara dengan Sekolah Menengah Atas (SMA), dan perguruan tinggi Universitas Islam Negeri (UIN), Institut Agama Islam Negeri (IAIN), dan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN).  Hal ini juga didukung dengan masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama Islam.

6.    Bahasa Pengantar
Bahasa Inggris adalah bahasa resmi dan bahasa pengantar di Australia. Beberapa sekolah menawarkan program dwibahasa atau program dalam bahasa lain seperti Mandarin, Vietnam, Indonesia dan Jerman.[18] Sedangkan di Indonesia, bahasa Indonesia adalah bahasa resmi dan bahasa pengantar di Indonesia. Beberapa sekolah di Indonesia menggunakan bahasa Arab dan bahasa Inggris sebagai pengantar dalam pembelajaran. Misalnya beberapa sekolah yang berbasis Pondok Pesantren.

7.    Tingkat Kesulitan Mata Pelajaran
Standar pendidikan dasar di Indonesia jika dilihat dari bobot dan tingkat kesulitan materi pelajaran, Indonesia jauh lebih tinggi tingkatannya. Jika di Indonesia, siswa-siswa kelas dua SD sudah mendapatkan banyak pelajaran dan berbagai pekerjaan rumah serta ulangan atau ujian, tetapi siswa-siswa setaraf kelas 1 – 2 SD di Australia belum diwajibkan untuk membaca. Bahkan di Indonesia, siswa TK nol besar diwajibkan lancar membaca dan berhitung, apalagi jika orangtua mereka berniat mendaftarkan mereka ke Sekolah Dasar unggulan yang diwajibkan mereka lolos ujian tulis sebagai syarat pendaftaran masuk.
Sungguh berbeda sekali dengan di negeri yang terkenal dengan binatang kangguru ini. Pendidikan di TK seperti istana bermain dimana mereka bebas bermain, mengembangkan kreatifitas dan bersosialisasi. Pendidikan dasar di Australia lebih ditekankan sebagai pondasi untuk belajar mengenal diri sendiri, lingkungan serta pengembangkan sikap (character building). Mengajarkan hal-hal sederhana secara praktis lebih ditekankan dibanding teori-teori di kelas. Karena itu, tidak heran jika di Australia, sering terlihat siswa-siswa SD yang sedang belajar mengukur kepadatan mobil di jalan raya atau di lain waktu mereka tengah melakukan kegiatan di luar kelas (excursion), seperti ke pasar, perkebunan, peternakan kadang mereka belajar juga mengantri, melakukan transaksi jual beli dan sebagainya. Sebuah pengajaran yang aplikatif serta bisa langsung diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.[19]

8.    Sistem Penilaian (Assesment)
Salah satu hal yang menarik di Australia adalah tidak ada siswa yang tidak naik kelas. Memang ada ujian nasional seperti UAN di Indonesia, yaitu tes standar nasional dikenal dengan istilah NAPLAN (National Assessment Program Literacy and Numeracy) yaitu tes nasional yang dilakukan serentak di Australia namun tes itu untuk menguji kemampuan membaca, menulis dan berhitung sebagai persiapan memasuki Year 10 (setara dengan kelas I SMU).[20] Sedangkan di Indonesia mewajibkan para siswa untuk menempuh ulangan-ulangan sebagai persyaratan untuk naik kelas dan Ujian Nasional sebagai persyaratan untuk melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi.

9.    Pemberian Reward (Penghargaan)
Pemberian reward (penghargaan) terhadap usaha siswa sangat dijunjung tinggi, baik dalam bentuk verbal maupun non-verbal seperti ucapan pujian ‘well done’, ‘excellent’, dsb. Yang lebih menarik lagi di SD, setiap ada siswa yang berbuat baik atau melakukan usaha keras, mempunyai keberanian yang positif, akan memperoleh reward berupa sertifikat-sertifikat kecil (school rewards) yang nanti jika telah terkumpul sepuluh sertifikat, akan diumumkan di acara assembly, yaitu acara yang diselenggarakan tiap dua minggu sekali untuk pengembangan bakat seni para siswa. Di acara tersebut, masing-masing kelas menampilkan kreatifitas seperti menyanyi, menari, drama, dsb. Hal yang istimewa lagi, pada school awards juga ditulis hal-hal baik yang telah dilakukan anak didik, seperti menolong teman yang jatuh, berani berbicara di depan kelas, jujur, empati, dan perilaku positif lainnya yang dilakukan siswa. Di sinilah terlihat betapa pengembangan karakter (character building) dan kecerdasan emosi (emotional equvalence) sangat ditekankan dalam pendidikan dasar. Penghargaan dan feedback yang positif ini juga tertulis di dalam raport siswa. Jadi penilaian pada rapost siswa di Australia adalah berbentuk narasi, bukan dalam bentuk angka-angka seperti pada sekolah di Indonesia.[21]

10.    Suasana Belajar
Suasana belajar di sekolah-sekolah dasar di Australia terlihat sangat kondusif. Beberapa hal yang menunjang proses pembelajaran adalah jumlah siswa di dalam kelas yang tak lebih dari 20 siswa, media, kumpulan portofolio, dan alat-alat peraga pembelajaran yang lengkap, dinding kelas yang ‘ramai’ ditempeli dan digantung berbagai macam gambar, tulisan, hasil karya siswa maupun media buatan guru. Kebanyakan dinding kelas sekolah di Australia dilapisi papan lunak (softboard), sehingga dapat digunakan untuk menempel hasil karya siswa dan media belajar.[22]
Hal tersebut jarang terlihat di kelas sekolah di Indonesia yang terlihat ‘bersih’ dan tampaknya masih kurang media serta alat peraga yang dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Selain itu, jumlah siswa yang sedikit ini memungkinkan bentuk formasi bangku yang diatur melingkar sehingga para siswa dapat belajar, berdiskusi dalam kelompok juga bersosialisasi. Namun bisa kita pahami, hal ini kurang bisa diterapkan di semua sekolah di Indonesia yang lebih banyak memiliki kelas-kelas besar, karena jumlah penduduk yang jauh lebih besar dibandingkan Australia.

C.  Penutup
1.    Kesimpulan
Kebijakan bidang pendidikan Indonesia masih bersifat sentralist, dimana ketentuan-ketentuan, aturan-aturan dan strategi-strategi pendidikan hampir seluruhnya ditetapkan oleh pemerintah pusat, perpanjangan tangan kepada tingkat di bawahnya. Setiap tingkat dibawahnya hanya sebagai agen pelaksana kebijakan pusat yakni; bandan-badan pendidikan yang ada di provinsi dan daerah harus bertanggungjwab kepada lembaga di atasnya sampai kepada Tingkat Menteri dan Menteri bertanggungjawab kepada Presiden. Penyelenggaraan ini termasuk perencanaan anggaran pendidikan.
Berbeda dengan kebijakan bidang pendidikan Australia yang memberikan kebebasan kepada wilayah/teritorial masing-masing dalam mengelola dan mengembangkan pendidikan. Sehingga masing-masing wilayah dapat merancang sistem pendidikan sesuai dengan keadaan penduduk dan wilayah serta kebutuhan peserta didik di wilayahnya. Hal ini lah yang menjadi salah satu faktor kemajuan pendidikan di Australia.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin pemerintah memberikan keleluasaan dalam kebijakan peraturan di bidang pendidikan, maka akan semakin luas pandangan pendidik, tenaga pendidik serta masyarakat menuju bangsa yang berkualitas dan berkemajuan.
Luwes Luas


DAFTAR PUSTAKA

Departement of Education. Get to Know Australian School. Jakarta: Kedutaan Besar Australia, 2010.
Departement of Education. Review of the Australian Curriculum; Final Report. Canberra: Australian Goverment Departement of Education, 2014.
Departemen Pendidikan Nasional. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003. Jakarta: Pusat Data dan Informasi Pendidikan, Balitbang - Depdiknas
Kemendikbud. Kurikulum 2013-Kompetensi Dasar Sekolah Dasar (SD) / Madrasah Ibtidaiyah (MI). Kemendikbud. 2013.
Kemendikbud. Kurikulum 2013-Kompetensi Dasar Sekolah Menengah Pertama (SMP) / Madrasah Tsanawiyah (MTs). 2013.
Kemendikbud. Kurikulum 2013-Kompetensi Dasar Sekolah Menengah Atas (SMA) / Madrasah Aliyah (MA). 2013.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17  Tahun 2010 Tentang Pengelolaan Dan Penyelenggaraan Pendidikan Pasal 87 ayat 2.
The State of Western Australia. School Education Act 1999. 2003
Saifullah. “Pendidikan Jerman dan Australia.” Jurnal Ilmiah Peuradeun (International Multidisciplinary Journal), 2014. Vol 2. Nomor 2.

Website:

 






[3] Ibid.
[4] Ibid.
[5] Saifullah. “Pendidikan Jerman dan Australia.” Jurnal Ilmiah Peuradeun (International Multidisciplinary Journal), 2014. Vol 2. Nomor 2. hal.275.

[6] Departemen Pendidikan Nasional. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003. Jakarta: Pusat Data dan Informasi Pendidikan, Balitbang – Depdiknas. 2004.h.4
[7] “The compulsory education period for a child is as follows: i) from the beginning of the year in which the child reaches the age of 6 years and 6 months; (ii) until —(I) the end of the year in which the childreaches the age of 17 years and 6 months; (II) the child satisfies the minimum requirements for graduation from secondary school established under the Curriculum Council Act 1997; or (III) the child reaches the age of 18, whichever happens first.” School Education Act 1999.h.20-21
[8] Departement of Education. Get to Know Australian School. Jakarta: Kedutaan Besar Australia, 2010.h.4
[9] Ibid. h.9-10
[10] http://www.studymelbourne.vic.gov.au/indonesian/study-options/the-education-system
[11] Departemen Pendidikan Nasional. 2004. Op.cit..h.7.
[12] Ibid h.7-8
[13] Departement of Education. 2010. Op. Cit. h.2.
[14] “Tahun akademik dibagi dalam 2 (dua) semester yaitu semester gasal dan semester genap yang masing-masing terdiri atas 14 (empat belas) sampai dengan 16 (enam belas) minggu.” Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan Dan Penyelenggaraan Pendidikan Pasal 87 ayat 2.h.64.
[15] Departement of Education. 2010. Op. Cit. h.3.
[16] Ibid.h.3
[17] Kemendikbud. Kurikulum 2013-Kompetensi Dasar Sekolah Dasar (SD) / Madrasah Ibtidaiyah (MI). 2013.h.3., Kemendikbud. Kurikulum 2013-Kompetensi DasarSekolah Menengah Pertama (SMP) / Madrasah Tsanawiyah (MTs). 2013.h.5., Kemendikbud. Kurikulum 2013-Kompetensi Dasar Sekolah Menengah Atas (SMA) / Madrasah Aliyah (MA). 2013.h.7.
[22] Ibid

Tidak ada komentar:

Posting Komentar